Kamis, 17 Maret 2011

Strategi Pembelajaran


STARTEGI PEMBELAJARAN
A.            Latar Belakang Masalah
Dalam upaya mencerdaskan bangsa, Pemerintah telah menyediakan  sarana dan prasarana serta tenaga pengajar untuk keberhasilan proses belajar mengajar baik pada tingkat Sekolah Dasar, Sekolah lanjutan Pertama maupun menengah atas dan penguruan tinggi. Di Indonesia dasar mengenai pendidikan diatur dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi : “ tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan “.[1]
Dari Pasal 31 UUD 1945 itu kita kenal tiga pusat pendidikan yaitu pendidikan dalam keluarga, pendidikan dalam masyarakat dan pendidikan di sekolah, pendidikan yang berlangsung disekolah dipengaruh oleh beberapa faktor diantaranya adalah anak didik, guru, kurikulum, metode dan evaluasi. Karena itu untuk mencapai tujuan pendidikann yang semaksimal mungkin peranan guru sebagai pendidikann, sumber informasi, motivator dan laing-lain sangatlah berpengaruh diharapkan seorang guru haruslah benar-benar orang yang dapat menciptakan suasana dan sintuasi belajar mengajar yang bersemangat.
Pendidikan merupakan faktor yang paling besar perannya bagi kehidupan bangsa karena dengan pendidikan dapat mendorong dan menentukan maju mundurnya proses pembangunan bangsa dalam segala bidang. Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, terutama peningkatan prestasi belajar siswa banyak faktor yang mempengaruhinya. Bukan saja tergantung pada guru sebagai tenaga pendidik yang tersedia, tetapi dari segi lainnya turut juga mempengaruhi misalnya dari minat, motivasi intelegensi, bakat dan faktor ekonomi orang tua. Hal ini sangat penting karena belajar efektif membantu siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Sehubungan dengan pentingnya strategi belajar yang tepat maka seorang siswa dapat mengatur dan harus mengetahui cara-cara belajar yang baik guna meningkatkan prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional.
Dalam rangkaian proses belajar mengajar untuk mencapai hasil  lebih baik tidak sedikit mengalami hambataan dalam proses belajar mengajar itu ditimbulkan oleh kekurangan media pembelajaran, kompotensi guru, minat siswa dan fasilitas serta sarana pengajaran, apabila terjadi kekurangan tersebut pada suatu sekolah dapat dipastikan dapat mengalami problema dalam proses belajar mengajar .
Menurut paradigma behavioristik, belajar merupakan transmisi pengetahuan dari expert ke novice. Berdasarkan konsep ini, peran guru adalah menyediakan dan menuangkan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.
Guru mempersepsi diri berhasil dalam pekerjaannnya apabila dia dapat menuangkan pengetahuan sebanyakbanyaknya ke kepala siswa dan siswa dipersepsi berhasil apabila mereka tunduk menerima pengetahuan yang dituangkan guru kepada mereka. Praktek pendidikan yang berorientasi pada persepsi semacam itu adalah bersifat induktrinasi, sehingga akan berdampak pada penjinakan kognitif para siswa, menghalangi perkembangan kreativitas siswa, dan memenggal peluang siswa untuk mencapai higher order thinking. Akhir-akhir ini, konsep belajar didekati menurut paradigma konstruktivisme. Menurut paham konstruktivistik, belajar merupakan hasil konstruksi sendiri (pebelajar) sebagai hasil interaksinya terhadap lingkungan belajar.
Pengkonstruksian pemahaman dalam ivent belajar dapat melalui proses asimilasi atau akomodasi. Secara hakiki, asimilasi dan akomodasi terjadi sebagai usaha pebelajar untuk menyempurnakan atau merubah pengetahuan yang telah ada di benaknya (Heinich, et.al., 2002).
Pengetahuan yang telah dimiliki oleh pebelajar sering pula diistilahkan sebagai prakonsepsi. Proses asimilasi terjadi apabila terdapat kesesuaian antara pengalaman baru dengan prakonsepsi yang dimiliki pebelajar. Sedangkan proses akomodasi adalah suatu proses adaptasi, evolusi, atau perubahan yang terjadi sebagai akibat pengalaman baru pebelajar yang tidak sesuai dengan prakonsepsinya. Tinjauan filosofis, psikologi kognitif, psikologi sosial, dan teori sains sepakat menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan (Dole & Sinatra, 1998).
Siswa sendiri yang melakukan perubahan tentang pengetahuannya. Peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator, mediator, dan pembimbing. Jadi guru hanya dapat membantu proses perubahan pengetahuan di kepala siswa melalui perannya menyiapkan scaffolding dan guiding, sehingga siswa dapat mencapai tingkatan pemahaman yang lebih sempurna dibandingkan dengan pengetahuan sebelumnya.
Guru menyiapkan tanggga yang efektif, tetapi siswa sendiri yang memanjat melalui tangga tersebut untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam.
B.     Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.      Bagaimana strategi yang digunakan guru dalam proses pembelajaran?
2.      Metode apa saja yang digunakan guru dalam proses pembelajaran?
3.      Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi hambatan proses pembelajaran?
4.      Apa upaya-upaya guru untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut?
C.    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
a.       Untuk mengetahui strategi yang digunakan guru dalam pengajaran
b.      Untuk mengetahui metode  yang digunakan guru dalam proses pembelajaran
c.       Untuk mengetahui kendala dan hambatan dalam proses pembelajaran
d.      Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilaksanakan guru untuk mengatasi hambatan tersebut.
D.    Manfaat Penelitian
Adapun mamfaat dari penelitian tersebut adalah sebagai beriku:
  1. Stategi yang digunakan guru sesuai dengan keadaan siswa
  2. Hambatan-hambatan dalam proses pembelajaran bisa teratasi dengan mudah
  3. Motode yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar membuat siswa-siswi lebih semangat dalam belajar
E.     Postulat dan Hipotesis
Setiap peneltian selalu memegang kepada postulat atau tanggapan dasar. Postulat adalaha titil tolak untuk menyelidiki sesuatu yang diterima kebenarannya dan tidak perlu dibuktikan lagi serta digunakan untuk menyusun tiori ilmiah.[2]
Adapun yang menjadi postulat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
  1. Guru adalah ujung tombak dalam mencapai keberhasilan suatu lembaga pendidikan
  2. Guru adalah tenaga pengajar yang secara langsung bertanggungjawab dalam proses belajar mengajar, karena keberhasilan pendidikan sangat tergantung kepada kemampuan dan keahliannya.
  3. Sarana dan prasarana yang memadai adalah salah satu alat penunjang pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Hipotesis adalah pendapat sementara yang mengandung kemungkinan benar dan salah, “ Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris yang digunakan sebagai pedoman mencapai data dilapangan”[3]
Adapun hiotesis penulis dalam pembahasan ini dapat dirumuskan anatara lain :
  1. Semakin memiliki tenaga guru yang profesional maka semakin  dapat mengatasi kesulitan dalam belajar mengajar.
  2. Semakin lengkap sarana dan prsarana dalam proses belajar mengajar, maka akan mengurangi kesulitan guru di dalam kelasnya.
  3. Apabila ada perhatian orang tua dirumah terhadap anaknya maka akan lebih efektif dan mudah guru dalam melakukan proses pembelajaran di kelas.
F.     Metode Penelitian
1.      Penelitian Perpustakaan (Library Research)
Dalam membahas permasalahan penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian perpustakaan. Dengan cara, peneulis membaca buku dan referensi lainnya yang ada kaitannya dengan permasalahan yang sedang diteliti.
2.      Penelitian Lapangan ( Field Research)
Selanjutnya metodeyang digunakan dalam membahas permasalahan yang sedang diteliti adalah metode penelitian lapangan. Yaitu suatu penelitian lapangan untuk memperoleh data yang ada kaitannya dengan permasalahan yang sedang diteliti.
Untuk memperoleh data- data dilapangan penulis menggunakan beberapa teknik antara lain adalah sebagai berikut:
1.      Observasi, yaitu mengunjungi atau mengadakan pengamatan secara dekat dengan lokasi penelitian.
2.       Dokumen : yaitu teknik untuk mengunpulkan data secara dekat penelitian tujuan adalah agar mengetahui gambaran awal tentang lokasi penelitian. Dokumen- dokumen yang disebutkan misalnya jumlah guru, siswa dan lain- lain.
3.       wawancara: yaitu yaitu cara memperoleh data dengan cara tanya jawab secara langsung dengan imformasi
4.       Angket : yaitu cara yang dilakukan untuk memperoleh data melalui komunikasi tidak langsung dengan mengajukan sejumlah pertanyaan.
G.    Landasan Teoritis
Belajar adalah suatu proses perubahan prilaku berkat pengalaman dan pelatihan artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi sengenap aspek pribadi[4] Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasikan pengalaman belajar,menilai proses dan hasil belajar termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. 
Sedangkan “ Pembelajaran” berasal dari kata belajar yang bearti proses atau cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar,kata pembelajaran peran sentralnya berada pada siswa yakni pada kegiatan belajar,sedangkan guru hanya sebagai motivator,mediator dan fasilitator.[5]

Dalam istilah lain pembelajaran merupakan suatu proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimanabelajar memperoleh dan memproses pengetahuan, ketrampilan dan sikap.[6]
Proses belajar mengajar tidak mungkin tercapai jika guru yang mengajar tersebut tidak memahami tujuan yang telah dirumuskan,hal ini sesuai dengan kutipan berikut “Bila guru kurang memahami makna tujuan yang telah dirumuskan maka sukar diharapkan dapat membimbing murid kearah yang lebih tinggi jika telah didasari tujuan yang akan dicapai sangat penting maka guru akan mengetahui cara-cara mengajar dan belajar yang wajar untuk mencapai tujuan”[7][8]
Disini guru sebagai pendidik melakukan rekayasa pembelajaran, rekayasa pembelajaran tersebut dilakukan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Sedangkan siswa sebagai pembelajaran disekolah memiliki kepribadian, pengalaman dan tujuan. Ia mengalami perkembangan jiwa, sesuai asas emansipasi diri keutuhan dan kemandirian.
Berdasarkan hal yang tersebut diatas bebarapa ahli mengemukakan pandangan yang berbeda tentang belajar6, yaitu
a.       Belajat Menurut Pandangan Skinne
Pada teori Skinner ini(Operan Conditioning) yang dikondisikan atau yang diperkuat adalah responnya,seorang anak belajar sungguh-sungguh dengan demikian pada waktu ulangan dia dapat menjawab semua soal dengan benar,atas hasil belajarnya yang baik itu dia mendapatkan nilai yang baik.Karna mendapat nilai yang baik maka anak belajar lebih giat lagi.Nilai disini merupakan operan conditioning(penguatan).[9]

Skinner berpandangan behwa belajar adalah suatu prilaku pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik, senaliknya, bila ia tidak belajat maka responnya menurun.
Skinner membedakan adanya dua macam respon yaitu:
1.      Respondent response,yaitu respon yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tetentu.
2.      Operant response,yaitu respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu[10]
b.      Belajar menurut Gagne
Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks, hasil belajar merupakan kapabiltas, setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbilnya kapabilitas tersebut adalah dari Stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar.
Menurut Garne belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi internal dan hasil belajar. Ada lima hasil belajar yang merupakan kapabilitas siswa yaitu:
1.      Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengunkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
2.        keterampilan internal adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan
konsep dan lambang.
3.      Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan menyerahkan aktivitas kognitifnya sendiri, meliputi penggunaan konsep dan kaidah dan pemecahah masalah.
4.      keterampilan motorik, adalah kemampuan melakukan serangkain gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sebagai terwujud otomatisme gerak jasmani.
5.      sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan objek penilaian terhadap objek tersebut.
Ada delapan tipe ketrampilan intelektual dalam belajar yaitu:[11]
1.      Belajar tanda-tanda (signal learning)
2.      Belajar hubungan (stimulus-respons)
3.      Belajar menguasai rangkain hal (chaining learning)
4.      Belajar hubungan verbal (verbal association learning)
5.      Belajar membedakan (deskrimination learning)
6.      Belajar konsp (concept learning)
7.      Belajar aturan atau hokum-hukum (rule learning)
8.      Belajar memecahkan masalah (problem solving learning)


c.       Belajar Menurut Pandangan Piaget
Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh Individu, sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan, Maka lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan linkungan maka fungsi intelek semakain berkembang.
Perkembangan intelektual melalui tahap- tahap berikut:
·         Sensori Motor (0-2 Tahun)
·         Pra operasinal (2 – 7 Tahun)
·         Operasional Konkrit ( 7 – 11 Tahun)
·         Operasional Formal ( 11 Tahun Keatas)[12]
d.      Belajar Menurut Rogers
Rogers menyayangkan Praktek pendidikan disekolah tahun 1960-an menurut pendapatnya, praktek pendidikan menitik beratkan pada segi pengajaran,  bukan siswa yang belajar. Praktek tersebut ditandai oleh peran guru yang dominant dan siswa hanya menghafal pelajaran.
e.       Belajar menurut Herbart
Menurut teori ini belajar adalah mengusahakan adanya tanggapan sebanyak- banyaknya dan sejelas- jelasnya pada kesadaran individu,yang akan membentuk pada suatu struktur tanggapan.Tanggapan baru akan mudah diterima dan berada dalam kesadaran seseorang,apabila ada hubungan antara tanggapan baru tersebut dengan tanggapan-tanggapan yang telah ada,serta karena adanya rasa senang terhadap yang ditanggapinya.[13]
f.       Belajar menurut Jean J.Rousseou
Menurut Jean J.Rousseou  anak memiliki potensi atau kekuatan yang masih terpendam, yaitu potensi berpikiur, berperasaan, berkemauan, keterampilan, berkembang, mencari dan menemukan sendiri apa yang diperlukannya. Menurutnya anak tidak usah banyak diatur dan diberi biarkan mereka mencari dan menemukan dirinya sendiri, sebab menurutnya anak dapat berkembang sendiri.
Tugas guru disini hanya menyediakan bahan ajaran yang menarik perhatian dan minat anak sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangannya, menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, memberi motivasi dan binbingan sesuai dengan sifat dan kebutuhana anak.
g.      Belajar Menurut Thorndike
Menurut dia belajar pada binatang yang juga berlaku bagi manusia adalah trial and error, atau belajar coba- coba. Thorndike mengemukan tiga pripsip/ hukum utama belajar yaitu, Pertama Law of ediness (hukum kesiapan) yang menyatakan bahwa belajar akan berhasil pabila individu yang belajar telah memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut. Kedua law of exercise (hukum latihan). Yang menyatakan belajar memerlukan banyak latihan atau ulangan- ulangan. Ketiga law of Effect (hukum mengetahui hasil) belajar akan lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.[14]



[1] Adam Malik dkk, Undang-undang Dasar,( Jakarta, Sekretariat Negara RI, 1978), hal 7
[2] Winarno Surachman, Metode Penelitian ( Bandung : Biro Ilmiah IKIP, 1964) hal. 2
[3] Muhammada Nasir, Motede Penelitian, (Jakarta : Ghalia, 1983 ) hal. 18
[4] Ibid.,Hal 18
[5] Drs. Ramli Maha, perancangan Penbelajaran Sistem PAI,( Darussalam: UD.Selamat Sejahtera,2000),hal 4

[6]  Dr.Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,2006),hal 157
[7] Winarno Surakhmad, Dasar dan Teknik Interaksi Belajar mengajar,
(Bandung:Tarsito,1984),Hal 16
6 Dr.Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,2006),hal 9
[9] R.Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran,(Jakarta:Rineka Cipta 2003),Hal 18
8Drs.Sumadi Surya Brata BA, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2004),Hal 271

[11] R.Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran,(Jakarta:Rineka Cipta 2003),Hal 35

[12] Dr.Dimyati, Belajar dan Pembelajaran….,Hal 14
[13] R.Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran,(Jakarta:Rineka Cipta 2003),Hal 14
[14] Drs.Sumadi Surya Brata BA, Psikologi Pendidikan…, Hal 253

Tidak ada komentar:

Posting Komentar